::::Selamat Datang Di Official Blogspot PC.IPM Sekaran::Terima Kasih atas kunjungan anda::Kritik & Saran kirim via e-mail ke pcipm_sekaran@yahoo.co.id::::

AGENDA PC. IPM SEKARAN BULAN JUNI 2014

Agenda kita  besar telah menanti siapkan fisik dan mental kita

KAJIAN ISLAM
Ahad , 08 Juni 2014 di Masjid Jugo Pukul 15.30 WIB
DIKLAT KEPEMIMPINAN
Sabtu sd Ahad , 21 - 22 Juni 2014 di SMK M 12 SEKARAN Pukul 15.00 sd Selesai
Demi Kelancaran dan Suksesnya Acara tersebut ... Kami mohon dg sangat Dukungan dan Partisipasi Ipmawan dan Ipmawati Semua.
" Ikrarkan Bersama IPM berJAYA "
@ PC. IPM SEKARAN)


Selengkapnya...

DEMI PENA

Nuun, Walqalami Wamaa Yasthuruun
~Nuun, demi pena dan apa yang mereka tulis~
Al-Qalam adalah surat ke-68, diturunkan di Mekah pada awal kenabian, pada urutan ke-2, setelah surat al-Alaq dan sebelum surat al-Muzammil. Sebagian ulama berpendapat urutannya terbalik, surat al-Muzammil pada urutan ke-2 dan al-Qalam sesudahnya. Nama surat ini al-Qalam atau pena, mengingatkan pada surat sebelumnya, surat al-Alaq, yang menyatakan bahwa Tuhan mengajarkan manusia dengan pena. Menarik bahwa kedua surat paling awal ini menyinggung peranan pena sebagai alat belajar mengajar. Bahkan, surat ini diberi nama al-Qalam, pena. Sebuah isyarat agar kaum muslimin manjadi umat terdidik. Surat ini dimulai dengan huruf muqatha’at, “nuun” disusul dengan sumpah pena. Huruf “nuun” oleh sebagian ulama melambangkan tinta atau tempat tinta sebagai pasangan pena.
Nuun
Menurut tafsir yang dikeluarkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia dijelaskan sebagai berikut, bahwa para mufasir berbeda pendapat tentang arti huruf “nuun” sebagaimana huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian surat-surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. Diantara ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah Karena dipandang termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya.
Golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian para pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad saw semata-mata, maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu.
Tafsir An-Nuur, menafsirkan “nuun” dengan Allah lebih mengetahui maksudnya dengan mengambil pendapat yang paling kuat adalah bahwa huruf-huruf yang diletakkan pada permulaan awal surah bertujuan menarik perhatian orang untuk mendengarkan pembacaan surah yang bersangkutan. Demikian pula Quraisy Shihab dalam karyanya tafsir Al-Misbah, menafsirkan “nuun” adalah salah satu huruf fonemis yang digunakan oleh al-Qur’an dan di sini digunakan sebagai pembuka sebagaimana pembuka surat-surat al-Qur’an lainnya. Penempatannya pada awal surah dipahami oleh sebagian ulama sebagai tantangan kepada orang-orang yang meragukan al Qur’an sebagai kalam Allah.
Huruf-huruf tersebut bagaikan berkata, “Al-Qur’an terdiri dari kata-kata yang tersusun dari huruf-huruf fonemis yang kamu kenal, misalnya nuun, atau alif, lam, mim”. “Seakan Allah berkata “cobalah buat dengan menggunakan huruf-huruf itu suatu susunan kalimat walau hanya sebanyak satu surah yang terdiri dari tiga ayat guna menandingi keindahan bahasa al-Qur’an. Pasti kamu akan gagal.” Hal ini dimaksudkan bahwa Allah menantang bagi yang membaca atau mendengarnya tapi tidak percaya akan kebenarannya.
Hamka menafsirkan “nuun” itu bukan semata-mata huruf “nun lengkung bertitik satu di atas”, yaitu huruf yang ber-makhraj di pertemuan ujung langit-langit dan dikeluarkan melalui hidung, yang dinamai juga huruf “sengau”. Hamka menyebutkan dalam tafsir Al-Azhar bahwa “Nuun” adalah sebuah nama ikan besar di laut sebangsa ikan paus. Ikan itulah yang menelan Nabi Yunus ketika beliau meninggalkan negerinya karena kecewa melihat kekufuran kaumnya.
Penafsiran ikan bernama “nuun” yang menelan Nabi Yunus ini dihubungkan dengan ayat-ayat terahir dari surat ini, yaitu ayat 48, 49, dan 50. Karena tiga ayat tersebut menceritakan tentang Nabi Yunus yang ditelan ikan. Penafsiran ini dikuatkan oleh surah al-Anbiya ayat 87 menyebut Nabi Yunus dengan Zan Nun. Menurut Ar-Razi tafsir demikian diterima dari Ibnu Abbas, Mujahid, Muqatil, dan As Suddi.
Tetapi, penafsiran huruf “nuun” dangan ikan “nuun” yang menelan Nabi Yunus, menurut Hamka tidak dapat diterima jika dibandingkan dengan ayat-ayat selanjutnya, yang isinya memuji keagungan Nabi Muhammad saw yang tahan dan sabar dalam perjuangan. Sudah terang bahwa Nabi Yunus ditelan oleh ikan Nun (sebangsa paus) beberapa hari lamanya adalah suatu peringatan kepada seorang Nabi Yunus yang berkecil hati ketika melihat kekafiran kaumnya, lalu beliau meninggalkan tugasnya.
Sehingga, tidaklah layak peringatan kepada Nabi Muhammad saw ialah ikan Nun yang menelan Nabi Yunus, karena Nabi Muhammad saw tidaklah pernah sejenak pun meninggalkan kaumnya, bahkan selalu menghadapi tugasnya dengan hati tabah. Hijrahnya ke Madinah bukanlah merupakan pelarian dari tugas, namun salah satu mata rantai rencana penyempurnaan tugas. Tetapi, Hamka pun menyebutkan riwayat lain dari Ibnu Abbas, arti Nuun ialah dawat atau tinta.
Mengenai penafsiran nuun bermakna tinta, lebih dahsyat lagi misteri ayat ini diungkap para sufi dengan perspektif sangat berbeda dibanding makna dalam kitab-kitab tafsir kontemporer. Ternyata tiga komponen dalam ayat ini, yaitu nun, qalam, dan lembaran menjadi asal usul segala ciptaan Tuhan. Aziz Al-Din Nasafi (Wafat 695H/1295M), seorang sufi yang pikirannya banyak dipengaruhi oleh Ibnu Arabi, menjelaskan bahwa “nuun” adalah “bak tinta”. Penafsiran “nuun”, sebagai “bak tinta” atau “kolam tinta” ini karena “nuun” dihubungkan dengan surah Al-Kahfi ayat 109, “Katakanlah: ‘Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”.
Berbeda dengan Ibnu Arabi yang mengartikan “nuun” dengan malaikat yang diperintah untuk menggunakan pena itu untuk menulis. Bagi Ibnu Arabi, nuun ialah malaikat yang melukis semua kejadian. Sang penulis memiliki pengetahuan majemuk dan beraneka ragam. “Nuun” dan pena-nya aktif memberi pengaruh, sedangkan lembaran atau kanvas tempat menuangkan tulisan bersifat reseptif. Jadi, menurutnya, “nuun wa alqalam wa ma yasthurun” adalah hierarki antara Tuhan dan makhluk-Nya. Menurut Ibnu Arabi, pena adalah akal dan lembaran adalah jiwa. Hubungan antara akal dan jiwa sama dengan hubungan antara pena dan lembaran.
Wa Al-Qalam (Demi Pena)
Menurut Ibnu Katsir, kata “wal qolami  (demi kalam), secara lahiriyah berarti demi pena yang digunakan untuk menulis. Seperti firman Allah Ta’ala "Dia yang mengajarkan dengan qalam" (QS Al-Qolam Ayat 4).  Wa al-qalam (demi pena) adalah sumpah Tuhan (qasm) pertama dalam Alquran yang turun tidak lama setelah lima ayat pertama: Iqra’ bi ismi Rabbikalladzi khalaq, khalaqa al-insana min alaq, iqra’ warabbuka al-akram, alladzi ‘allama bi al-qalam, ‘allama al-insana ma lam ya’lam.
Dalam Tafsir al-Misbah, al-Qalam bisa berarti pena tertentu atau alat tulis apa pun termasuk komputer. Ada yang berpendapat bahwa al-Qalam bermakna pena tertentu seperti pena yang digunakan oleh para malaikat untuk menulis takdir baik dan buruk manusia serta segala kejadian yang tercatat dalam Lauh Mahfuz atau pena yang digunakan oleh para sahabat untuk menuliskan al-Qur’an dan pena yang digunakan untuk menuliskan amal baik dan  amal buruk yang dilakukan manusia.
Namun, pendapat ulama yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan pena adalah alat tulis apa pun termasuk komputer adalah pendapat yang lebih tepat karena sejalan dengan kata perintah iqra’ (bacalah). Allah seakan bersumpah dengan manfaat dan kebaikan yang diperoleh dari pena. Hal ini mengisyaratkan anjuran untuk membaca karena banyak manfaat yang diperoleh dengan membaca dengan syarat membacanya disertai dengan nama Tuhan (bismirabbik) dan mencapai keridaan Allah.
Ada yang memahaminya dalam arti sempit yakni pena tertentu, ada juga yang memahaminya secara umum yakni alat tulis apapun, termasuk komputer tercanggih. Yang memahaminya dalam arti sempit ada yang memahami sebagai pena yang digunakan malaikat untuk memcatat takdir baik dan buruk serta segala kejadian dan makhluk yang kesemuannya tercatat dalam Lauh Mahfuzh, atau pena yang digunakan malaikat menulis amal-amal baik dan buruk setiap manusia, atau pena sahabat Nabi menulis al-Qur’an. Quraisy Shihab memahaminya secara umum, lebih tepat karena sejalan dengan perintah membaca (iqra’) yang merupakan wahyu pada lima ayat pertama surah al-Alaq.
Pertanyaan berikutnya ialah mengapa dalam ayat ini, Allah bersumpah dengan al-Qalam (pena) dan segala macam yang dituliskan dengannya? Dalam Tafsir Departemen Agama (Depag) dijelaskan bahwa suatu sumpah dilakukan adalah untuk meyakinkan pendengar atau yang diajak berbicara bahwa ucapan atau perkataan yang disampaikan itu adalah benar, tidak diragukan sedikit pun. Akan tetapi, sumpah itu kadang-kadang mempunyai arti yang lain, yaitu untuk mengingatkan kepada orang yang diajak berbicara atau pendengar bahwa yang dipakai untuk bersumpah itu adalah suatu yang mulia, bernilai, bermanfaat, dan berharga. Oleh karena itu, perlu dipikirkan dan direnungkan agar dapat menjadi iktibar dan pengajaran dalam kehidupan. Dalam hal ini, Allah seakan memberitahukan bahwa betapa mulianya dan pentingnya pena itu, sampai-sampai Allah bersumpah dengannya.
Sumpah dalam arti kedua adalah Allah bersumpah dengan qalam (pena) dan segala yang dituliskannya untuk menyatakan bahwa qalam itu termasuk nikmat besar yang dianugerahkan Allah kepada manusia, disamping nikmat pandai berbicara dan menjelaskan sesuatu kepada orang lain. Dengan qalam, orang dapat mencatat ajaran Agama dari Allah yang disampaikan kepada rasul-Nya, dan mencatat semua  pengetahuan Allah yang baru ditemukan. Dengan surat yang ditulis dengan qalam, orang dapat menyampaikan berita gembira dan berita duka kepada keluarga dan teman akrabnya. Dengan qalam, orang dapat mencerdaskan dan mendidik bangsanya.
Tentang qalam, atau yang disebut dengan pena, yang diambil dari sumpah utama oleh Tuhan. Dalam Tafsir Al-Azhar terdapat pelbagai ragam tafsir, ada yang mengatakan bahwa mula-mula sekali yang diciptakan oleh Tuhan dari makhluknya ialah qalam atau pena. Disebutkan pula, bahwa panjang qalam ialah sepanjang diantara langit dan bumi, serta tercipta dari nur yang artinya cahaya. Kemudian Allah swt memerintahkan kepada qalam daripada Nur itu agar dia terus-menerus menulis, lalu dituliskannya apa yang terjadi dan apa yang ada ini, baik ajal, atau amal perbuatan.
Ada pula yang menafsirkan bahwa yang dimaksudkan dengan yang mula-mula diciptakan Tuhan ialah qalam, artinya akal. Tetapi oleh karena hadits Nabi, yang dirawikan oleh Imam Ahmad bin Hambal dari Hadits al-Walid bin Ubaddah bin Tsamit. berbunyi, “Yang mula-mula diciptakan Allah ialah qalam, lalu diperintahkan Allah supaya ia menulis. Maka bertanyalah ia kepada Tuhan: “apa yang mesti hamba tuliskan ya Tuhan?”. Tuhan menjawab, tuliskan segala apa yang telah aku takdirkan (Aku tentukan sampai akhir zaman)”
Al-Qadhi memberikan tafsir bahwa isi hadits diatas ialah semata-mata majaz, artinya kata perlambang. Sebab, tidaklah mungkin sebuah alat yang telah digunakan khusus untuk menulis, bahwa dia akan hidup berakal, sampai dia mesti diperintah Tuhan dan dilarang. Mustahil dapat dikumpulkan jadi satu sebuah alat guna menulis lalu lalu makhluk bernyawa dapat diperintah. Maka bukanlah qalam itu perintah, melainkan berlakulah qudrat iradat Allah atas makhluk-Nya dan terjadilah apa yang telah Allah kehendaki dan tentukan, dan tertulislah demikian itu sebagai taqdir Allah.
Disini Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa, para ulama berbeda pendapat. Sesungguhnya apa yang pertama kali Allah ciptakan, pena, semua makhluk, atau arsy?. Pertama, ada yang berpendapat, yang benar adalah bahwa al-arsy diciptakan terlebih dahulu sebelum pena, sesuai dengan hadits sahih yang berasal dari Abdullah Ibn Umar. Menurutnya Rasulullah saw bersabdah, “Allah menetapkan takdir setiap makhluk lima puluh ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Al-Arsy-Nya berada diatas air”.
Dari sini jelas sekali bahwa penetapan takdir terjadi sesudah penciptaan al-Arsy, di awal penciptaan pena. Sabda Nabi saw, “yang pertama kali diciptakan Allah adalah pena,….,” bisa jadi berupa satu kalimat atau dua kalimat. Jika ia merupakan satu kalimat, dan itulah yang benar, maka artinya ketika awal penciptaannya, Allah berkata padanya, “Tulislah!”, dengan menashobkan kata awwala (yang pertama) dan al-qalama (pena).
Sementara, jika ia dua kalimat, maka diriwayatkan dengan kata awwalu dan al-qalamu dalam kondisi rafa’. Dengan demikian, ia merupakan makhluk yang pertama di alam semesta. Jadi, kedua hadits tersebut tidak berlawanan. Sebab, dalam hadits Abdullah Ibn Umar jelas sekali bahwa al-Arsy lebih dahulu daripada takdir. Sementara penetapan takdir bersamaan dengan penciptaan pena. Dalam lafal lain, “Lamma kholaqallahu al-qalam, qala lahu uktub” (ketika Allah menciptakan pena, Dia berkata kepada pena, Tulislah!).
Wa maa yasturuun (dan apa yang mereka tulis)
Menurut Quraisy Shihab, pemahaman “dan apa yang mereka tulis” harus dikaitkan dengan makna al-Qalam. Dengan demikian yang ditunjuk oleh kata “mereka” dapat dipahami dalam arti malaikat, sahabat Nabi, para penulis Wahyu, atau manusia seluruhnya. Kata Ar-Razi ada pula yang menafsirkan bahwa “mereka” disini ialah malaikat-malaikat yang menuliskan segala amal perbuatan manusia. Sebab dalam surah al-Infithar ayat 10, 11, dan 12 tentang malaikat-malaikkat yang mulia yang ditugaskan oleh Allah menuliskan segala amal perbuatan manusia dan menjaganya.
Siapa pun yang dimaksud, yang jelas maa yasturun adalah tulisan yang dapat dibaca. Dengan demikian Allah seakan bersumpah dengan manfaat dan kebaikan yang dapat diperoleh dari tulisan (the power of writing). Ini secara tidak langsung merupakan anjuran membaca karena dengan membaca, seseorang akan memdapatkan manfaat dan kebaikan yang banyak selama itu dilakukan bismirabbika, yakni demi karena Allah dan guna mencapai ridha-Nya.
Tetapi, semua penafsiran manusia ialah sejauh kadar akal penafsir. Hamka mencoba mendekatkan tafsir ini dengan realitas kehidupan sehari-hari. Hamka menafsirkan huruf “nuun” ini dengan tinta dan qalam ditafsirkan pula dengan pena yang dipakai untuk menulis. Kemudian, “apa yang mereka tuliskan” ialah hasil dan buah pena ahli-ahli pengetahuan yang menyebarkan ilmu dengan Tulisan. Ketiga benda tersebut dalam kehidupan dari awal sampai saat ini ialah sangat penting bagi kemanusiaan, yaitu “TINTA”, “PENA”, dan “TULISAN”. “Nuun” adalah ‘bak tinta’. Sedangkan qalam adalah pena, yang merupakan substansi pertama atau biasa disebut sebagai akal pertama, dan lembaran (ma yasthurun) ialah lembaran yang terpelihara (lauh mahfuz) atau ummul kitab.[]
Sumber  : http://pelajarberkemajuan.blogspot.com/
Selengkapnya...


Musyda IPM ke XV



 Alhamdulillah sesaat pada tanggal 28 february - 2 Mei telah terselengara acar Musyda XV yang cukup mewah telah di selengarakan PD IPM Lamongan Di Stikes Muhammadiyah Lamongan.

peserta yang hadir juga lumayan banyak sekitar 200 lebih Ipmawan dan ipmawati Se Kebupaten Lamongan.

Pada Musyda Tersebut ada dua calon yang cukup Mumpuni untuk mengantikan Ketua PD IPM Lamongan Yang lama Yaitu Ipmawan Novi Syahputra.

Dengan Pemilihan yang cukup ketat bersaing antar Ipmawan Habib nasrudin Delegasi dari Pc IPM Sugio dan Ervan Syaifullah Dari Pc Ipm Lamongan Kota.


Akhirnya Terpilihlah Ipmawan Habib Nasyrudin Sebagai ketua PD IPM terbaru periode 2014-2016 yang mengantikan ipmawan novi syahputra.


dengan terpilihnya Ipmawan Habib Nasyrudin Semoga IPM lamongan semakin Jaya.
Selengkapnya...

 MUSYCAB ke-5 "Berjuang Ikhlas Untuk Pergerakan Progresif Dalam Ikatan"


Alhamdulillah telah terlaksana dengan sukses acara Musyawarah Cabang V PC IPM Sekaran pada hari sabtu - minggu, 4 - 5 Januari 2014 bertempat di MI Muhammadiyah 02 Kendal. dalam acara itu panitia mengusung tema "berjuang ikhlas untuk pergerakan progresif dalam ikatan", salah satu tujuan tema itu adalah bahwa kita ingin menanamkan rasa cinta dan ikhlas dalam berorganisasi sehingga diharapkan dengan hal tersebut maka organisasi IPM akan terus hidup dan regenerasi akan terus berjalan.
IPM
acara ini dihadiri oleh ketua PCM Sekaran dan ketua PD IPM Lamongan dan ada satu lagi undangan yakni Bapak Camat Sekaran akan tetapi beliau tidak bisa hadir karena ke luar kota. dalam sambutanya PCM Sekaran mengatakan "IPM saat ini berbeda dengan IPM zaman dulu untuk itu teruslah belajar karena Muhammadiyah kedepan ada dipundak kalian...." dan tidak kalah juga sambutan dari PD IPM Lamongan "IPM harus melaksanakan 3 T, yakni Tertib Ibadah, Tertib Belajar dan Tertib Organisasi...". pada kesempatan itu juga Ipmawan Nosely Edwin (ketua PC IPM sekaran) dalam sambutanya mengatakan "MUSYCAB yang sudah terlaksana ke-5 kali ini menandakan bahwa regenerasi IPM disekaran terus berjalan, meskipun secara kuantitas kita sedikit tapi secara kualitas IPM tidak kalah dengan OKP yang lain......".
dalam Musyawarah Cabang V ini telah terpilih 9 anggota formatur yakni ; Ike Rahmawati (29 suara), Andrean Luthfi (27 suara), Sumardi (27 suara), Sulaiman Ar Rasyid (26 suara), Adip Mursalin (24 suara), Linda Nisa'i (19 suara), Bentar Firmandreas (16 suara), Supatman (14 suara) dan Kartika Tri Rahayu (14 suara). ke 9 orang ini nanti yang akan membentuk susunan personalia PC IPM sekaran periode 2013-2015 kemudian acara ini ditutup dengan khidmat oleh seluruh panitia dan peserta Musycab dan insyaallah untuk MUSYCAB VI mendatang akan dilaksanakan di PR IPM sungegeneng. sampai jumpa dan selamat berjuang kawanku.....!

#ikrarkan bersama 1pmaska berjaya
Selengkapnya...


Pengertian Sekularisme
Sekularisme (secularism) secara etimologis menurut Larry E. Shiner berasal dari bahasa Latin saeculum yang aslinya berarti “zaman sekarang ini” (the present age). Kemudian dalam perspektif religius saeculum dapat mempunyai makna netral, yaitu “sepanjang waktu yang tak terukur” dan dapat pula mempunyai makna negatif yaitu “dunia ini”, yang dikuasai oleh setan (Lihat: Larry E. Shinner, “The Concept of Secularization in Empirical Research”, dalam William M. Newman, The Social Meanings of Religion, (Chicago : Rand McNally College Publishing Company, 1974), hal. 304-324.)
Pada abad ke-19, tepatnya tahun 1864 M, George Jacob Holyoke menggunakan istilah sekularisme dalam arti filsafat praktis untuk manusia yang menafsirkan dan mengorganisir kehidupan tanpa bersumber dari supernatural. Setelah itu, pengertian sekularisme secara terminologis mengacu kepada doktrin atau praktik yang menafikan peran agama dalam fungsi-fungsi negara.
Dalam Webster Dictionary sekularisme didefinisikan sebagai ...

“A system of doctrines and practices that rejects any form of religious faith and worship.”
(Sebuah sistem doktrin dan praktik yang menolak bentuk apa pun dari keimanan dan upacara ritual keagamaan)
Atau sebagai:
“The belief that religion and ecclesiastical affairs should not enter into the function of the state especially into public education.”
(Sebuah kepercayaan bahwa agama dan ajaran-ajaran gereja tidak boleh memasuki fungsi negara, khususnya dalam pendidikan publik).
Jadi, makna sekularisme, secara terminologis, adalah paham pemisahan agama dari kehidupan, yakni pemisahan agama dari segala aspek kehidupan.
Secara sosio-historis, sekularisme lahir di Eropa, bukan di Dunia Islam, sebagai kompromi antara dua pemikiran ekstrem yang kontradiktif, yaitu:
Pertama, pemikiran tokoh-tokoh gereja dan raja di Eropa sepanjang Abad Pertengahan (abad V-XV M) yang mengharuskan segala urusan kehidupan tunduk menurut ketentuan agama (Katolik). Mulai dari urusan keluarga, ekonomi, politik, sosial, seni, hingga teologi dan ilmu pengetahuan, harus mengikuti ketentuan para gerejawan Katolik.
Kedua, pemikiran sebagian pemikir dan filosuf –misalnya Machiaveli (w.1527 M) dan Michael Mountaigne (w. 1592 M)- yang mengingkari keberadaan Tuhan atau menolak hegemoni agama dan gereja Katolik.
Jalan tengah dari keduanya ialah, agama tetap diakui, tapi tidak boleh turut campur dalam pengaturan urusan masyarakat. Jadi, agama tetap diakui eksistensinya, tidak dinafikan, hanya saja perannya dibatasi pada urusan privat saja, yakni interaksi antara manusia dan Tuhannya (seperti aqidah, ibadah ritual, dan akhlak). Tapi agama tidak mengatur urusan publik, yakni interaksi antara manusia dengan manusia lainnya, seperti politik, ekonomi, sosial, dan sebagainya.
Bahaya Sekularisme
Bahaya yang ditimbulkan oleh sekularisme:
  1. Menolak Penerapa Hukum yang Diturunkan Allah Ta’ala
    Berusaha menjauhkan syariat dari berbagai aspek kehidupan kaum muslimin, serta mempertukarkan wahyu yang diturunkan Allah Ta’ala kepada Rasul-Nya Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam dengan undang-undang positif yang dijiplak dari orang-orang kafir yang justru memerangi Allah dan Rasul-Nya.
  2. Memutarbalikkan Sejarah Islam
    Sejarah keemasan Islam yang dengan gemilang berhasil menaklukan negara-negara kafir serta menyebarluaskan ajaran Allah ke berbagai pelosok dunia, dilukiskannya sebagai masa kaum Barbar yang diliputi kekacauan dan ambisi pribadi.
  3. Merusak
    Menjadikan pendidikan dan pengajaran sebagai sarana menyebarkan pikiran sekuler, dengan cara-cara antara lain :
    1. Menghembus-hembuskan pikiran sekuler dalam mata pelajaran yang diberikan kepada anak-anak didik dalam berbagai tingkatanya.
    2. Berusaha keras mengulur-ulur mata pelajaran agama pada saat-saat yang tidak menguntungkan bagi anak-anak didik.
    3. Merubah nash-nash syar’i melalui komentar dan penafsiran yang dimanipulasi dan dikebiri sehingga nampak seakan-akan mendukung pikiran sekuler atau setidak-tidaknya tidak bertentangan.
    4. Menjadikan pelajaran agama sebagai mata pelajaran kelompok penyerta yang senantiasa ditempatkan pada bagian akhir waktu di saat para siswa sudah letih jasmani dan rohaninya serta sudah diliputi perasaan ingin cepat pulang.
  4. Menyemaratakan Kebenaran Semua Ajaran
    Pandangannya terhadap semua ajaran agama baik yang hak maupun yang sudah direkayasa pikiran manusia bahkan ajaran-ajaran kafir sekalipun dianggapnya sama, kemudian dikemasnya dalam satu bingkai serta menjadikan semuanya seakan-akan sama dan tidak memiliki perbedaan, derajat ajaran kafir, dekadensi dan kedurhakaan lebih tinggi ketimbang ajaran tauhid, ketaatan dan iman. Orang-orang Islam, Nasrani, Yahudi, Komunis, Majusi, Budha, Hindu dan sebagainya, dimata undan-undang produk pikiran sekuler berkedudukan sama. Tidak ada yang lebih utama kecuali yang paling loyal pada pikiran itu.
  5. Membuka Kesempatan Bagi Dekadensi Moral
    Meruntuhkan keutuhan keluarga yang merupakan pilar utama dalam pembinaan masyarakat serta mendorong ke arah penghancuran semua yang dipandang suci oleh agama melalui berbagai cara antara lain :
    1. Menyusun UU yang memperkenankan masyarakat melakukan perbuatan keji dan nista tanpa ancaman sanksi apapun. Mereka berpendirian bahwa perbuatan zina atau homo seksual merupakan bagian dari kebebasan pribadi yang senantiasa harus dijamin dan dilindungi.
    2. Mass media cetak dan elektronik tidak bosan-bosannya memerangi segala macam keutamaan dan keluhuran akhlak. Harian, majalah, tabloid, radio, teatre, televisi, siang dan malam menyebarluaskan kerusakan akhlak muda-mudi kita.
    3. Memerangi jilbab dengan gigih di berbagai kantor, sekolah, dan tempat-tempat lainnya. Dalam kurun waktu yang sama mereka menggalakan pergaulan bebas di seluruh sekolah dan tingkat yang paling rendah sampai yang paling tinggi, di berbagai instansi pemerintah dan lembaga-lembaga di seluruh negeri.
  6. Menghambat Laju Dakwah Islam
    Cara-cara yang mereka lakukan seperti sebagai berikut :
    1. Mempersulit izin dan kesempatan untuk penyebaran buku-buku Islam, dan pada waktu yang bersamaan memberi kesempatan luas bagi penerbitan buku-buku sesat dan menyesatkan yang dapat menciptakan keragu-raguan seseorang pada akidah dan syariat Islam.
    2. Memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada berbagai mass media sekular yang sesat untuk berbicara dengan masyarakat luas, guna menjajakan dan membudidayakan pikiran-pikirannya yang sesat dan menyesatkan dengan memutarbalikan arti nash-nash syariat dan dalam waktu yang sama menutup rapat mass media Islam yang berusaha keras hendak menampilkan hakikat agama kepada masysrakat awam.
  7. Memusuhi Para Da’i
    Memusuhi para da’i, mengejarnya, menuduhnya dengan berbagai tuduhan palsu. Mencap mereka dengan berbagai sifat yang hina, sebagai suatu golongan yang memiliki kelainan cara berfikir, keras kepala, reaksioner, memerangi berbagai kemajuan dan anti ilmu pengetahuan modern yang bermanfaat, orang-orang ekstrem, fanatik, fundamentalis, tidak mau memahami hakikat berbagai masalah, serta dianggap hanya memahami kulit luar keadaan dan mencampakkan isinya.
  8. Memisahkan Diri Dengan Kaum Muslimin Yang Konsisten
    Mereka berusaha memisahkan diri dari kaum muslimin yang tidak dapat diajak kompromi dengan pemikiran sekuler. Mereka difitnah, ditanggapi, diasingkan, atau diusir, dipenjarakan, bahkan tidak segan-segan membunuh mereka.
  9. Tidak Mengakui Jihad di Jalan Allah
    Tidak mau mengakui kewajiban jihad di jalan Allah sebagai kewajiban agama, bahkan menentangnya dengan keras dan memandangnya semacam perbuatan kaum Barbar serta setara dengan perbuatan para perompak. Makna perang yang dipahami oleh kaum sekuler dan antek-anteknya itu, hanyalah peperangan untuk mempertahankan harta dan tanah air. Sedangkan peperangan untuk membela agama dan berusaha menyebarluaskan ajaran Allah Ta’ala, bagi mereka merupakan perbuatan kaum Barbar yang sudah tidak dapat diterima oleh semua orang yang beradab !!
  10. Seruan Kebangsaan atau Nasionalisme
    Kebangsaan atau nasionalisme, meruapakan seruan untuk menggalang manusia di bawah panji “waham” atau “khurafat” dari suatu jenis manusia atau dari suatu kelompok manusia yang memiliki kesamaan bahasa atau dari suatu umat manusia yang tinggal di suatu tempat atau yang memiliki kepentingan yang sama.
Setiap muslim dapat merasakan pahit getirnya akibat buruk itu hampir di seluruh negeri kaum muslimin, dan pada waktu yang sama ia dapat merasakan pula sudah sejauh mana sekularisme itu berjaya dan merajalela di semua negara, bergelimang dalam kubangan yang busuk dan keji dengan segala akibatnya.
Setiap muslim di semua negeri, baik ia menengok ke kanan atau ke kiri, dengan mudah dapat melihat atau merasakan akibat-akibat buruk dari “buah jahanam” itu, dan pada waktu yang sama ia sangat sulit mendapatkan suatu tanah air atau negeri yang steril dari kuman pohon laknat itu. Selengkapnya...


Dalam rangka evaluasi gerakan paruh periode, Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sekaran melaksanakan acara KONPIRAN (Konferensi Pimpinan Ranting) pada tanggal 9 september 2012 di MI Muhammadiyah 4 Latek. Kegiatan ini dihadiri sekretaris PCM Sekaran Drs. Musta’in, ketua PCA Sekaran Dra. Hj. Siti Nur Jannah dan sekretaris PD IPM Lamongan Rif’an Fachruddin, acara berlangsung cukup meriah dengan dihadiri sekitar 60 peserta perwakilan dari 10 ranting IPM yang ada di cabang Sekaran.
            Nosely Edwin Ketua Umum PC IPM Sekaran dalam sambutannya mengatakan “jangan pernah merasa puas dengan hasil yang kita capai, jadikan itu semua sebagai evaluasi diri dan pemacu semangat untuk menjadi lebih baik”, beliau juga menghimbau agar seluruh anggota IPM yang ada di kecamatan Sekaran untuk merapatkan barisan dan meningkatkan kebersamaan dalam pemecahan dan penyelesaian masalah-masalah yang ada sehingga diharapkan ada ikatan batin yang kuat dan rasa kekeluargaan diantara kader-kader IPM.
            Dalam kegiatan ini telah banyak menghasilkan keputusan terkait arah gerak PC IPM Sekaran paruh periode kedepan dan juga terjadi resufle kepemimpinan besar-besaran yakni dari 30 personalia cabang, 7 mengundurkan diri karena bekerja dan melanjutkan study keluar kota kemudian yang direkomendasikan masuk cabang adalah 22  calon jadi ada tambahan personalia cabang menjadi 45 personalia yang nantinya akan bertanggung jawab mengemban kepemimpinan PC IPM Sekaran setengah periode kedepan, semoga amanah.. Selengkapnya...

Generally, in a traditional school, the development potential of students divided into two major groups: academic and non-academic, with the management of non-academic development potential contained in extracurricular activities. Although the school offers a variety of extracurricular activities, but very likely there are other types of potentials which are not embodied considering the limited ability of schools in facilitating potential. As a result students are “forced” to choose self-development activities that may be incompatible with his talent. There are two negative consequences: from the students he lose the moment to begin to explore talent, from the student organization like this will only hinder the others. This fact must be resolved by the model development potential of students in a “bottom-up” in the form of hobby communities.

Dewasa ini prinsip pengelolaan pendidikan di Indonesia semakin banyak mendekati dan mengadopsi prinsip-prinsip dalam manajemen mutu dimana penekanan terhadap pemenuhan harapan dan kepuasan pelanggan semakin mendapatkan tempat sentral dalam penentuan kebijakan. Dalam International Workshop Agreement (IWA) 2:2007 disebutkan bahwa harapan pelajar bisa didefinisikan sebagai seperangkat “persyaratan kurikulum yang mencakup hasil pembelajaran dan indikator prestasi yang spesifik.”

Dalam sistem pendidikan nasional, persyaratan ini diwadahi dalam bentuk standar kompetensi lulusan (SKL), meski dalam SKL ini hanya mengatur standar kompetensi dalam pengertian kompetensi dari pembelajaran intrakurikuler. Namun dalam standar pengelolaan, satuan pendidikan juga diwajibkan melakukan pembinaan potensi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler.

Pada umumnya di sekolah tradisional, pengembangan potensi siswa dibedakan dalam dua kelompok besar: akademik dan non-akademik, dengan pengelolaan pengembangan potensi non-akademik diwadahi dalam kegiatan ekstrakurikuler. Meski sekolah menawarkan beragam ekstrakurikuler, namun sangat mungkin ada jenis-jenis potensi yang tidak terwadahi mengingat keterbatasan kemampuan sekolah dalam memfasilitasi potensi itu. Akibatnya siswa “terpaksa” memilih kegiatan pengembangan diri yang mungkin tidak sesuai dengan bakatnya. Konsekuensi negatifnya ada dua: dari sisi siswa ia kehilangan momen untuk mulai mengeksplorasi bakat, dari sisi penyelenggaraan siswa seperti ini hanya akan menghambat temannya yang lain.

Kenyataan ini harus diatasi dengan model pengembangan potensi siswa secara “bottom-up” dalam bentuk komunitas-komunitas hobi. Namun sebelum diuraikan model pengembangan yang dimaksud, perlu diketahui terlebih dahulu beberapa perspektif yang mendasari model ini.

Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence)

Perspektif kedua adalah kenyataan bahwa kecerdasan memiliki beragam bentuk. Hal ini memang merupakan pengetahuan yang sudah populer namun secara praktis masih minim yang benar-benar mempraktikkannya.

Howard Gardner, psikolog kognitif Harvard University mengemukakan setidaknya ada “8 ½” jenis kecerdasan, yang disebutnya Multiple Intelligence (MI). Ragam jenis kecerdasan itu—yang sering kita dengar—disingkat SLIM N BILL: Spasial-Visual, Linguistik-Verbal, Interpersonal, Musikal-Ritmik, Naturalis, Badan-Kinestetik, Intrapersonal, Logis-Matematik. Gardner menambahkan “Kecerdasan Eksistensial”—alih-alih kecerdasan spiritual/agama sebagaimana dinyatakan ahli yang lain—meski ia belum sepenuhnya yakin karena “kita belum menemukan bukti yang meyakinkan bahwa ‘pemikiran eksistensial’ berasal dari sistem syaraf atau pusat otak yang khusus didedikasikan untuk hal itu.” (Gardner, 2006:50).

Sayangnya realitas di dunia pendidikan kita masih belum sepenuhnya mengakomodasi prinsip MI ini dalam semua proses pelayanan pendidikan. Selama ini yang dimaksud kecerdasan masihlah kecerdasan dalam artian “prestasi akademik”—dalam hal ini adalah kecerdasan Logis-Matematik dan Linguistik-Verbal. Kecenderungan determinis ini memunculkan beberapa implikasi negatif.

Pengikut dan pengembang utama teori Gardner, Thomas Amstrong (Amstrong, 2011:62) menyatakan setidaknya terdapat 12 implikasi negatif, yakni bahwa Wacana prestasi akademik:

  1. Menimbulkan bidang-bidang yang terabaikan di kurikulum, yang merupakan bagian dari pendidikan utuh yang diperlukan siswa guna meraih keberhasilan dan pemenuhan dalam hidup.
  2. Mengakibatkan terjadinya pengabaian intervensi instruksional positif yang tidak bisa dinilai oleh data dari penelitian ilmiah.
  3. Mendorong pengajaran hanya demi persiapan menghadapi ujian.
  4. Mendorong siswa mencontek dan menjiplak.
  5. Mendorong manipulasi hasil ujian oleh guru dan pegawai administrasi.
  6. Mendorong siswa menggunakan bahan-bahan ilegal untuk membantu meningkatkan kinerja belajar.
  7. Memindahkan kendali kurikulum dari pendidik di ruang kelas ke organisasi yang membuat standar dan ujian.
  8. Menyebabkan tingkat stress yang berbahaya di kalangan pendidik dan siswa.
  9. Meningkatkan kemungkinan siswa tinggal kelas dari tahun ke tahun dan keluar dari sekolah sebelum lulus.
  10. Tidak memperhatikan perbedaan latar belakang budaya individu, gaya belajar, kecepatan belajar, serta faktor penting lain dalam kehidupan anak sesungguhnya.
  11. Memotong nilai hakikat belajar demi belajar itu sendiri.
  12. Makin menjamurnya praktik tak layak di sekolah.

Kaidah 10.000 Jam

Dalam memandang prestasi, biasanya kita memperdebatkan antara adanya suatu bakat pada diri seseorang dengan latihan atau usaha keras yang dilakukannya. Jalan tengah yang umumnya diterima adalah prestasi dicapai oleh mereka yang berbakat yang juga berlatih mengasah bakatnya itu.

Apakah memang ada bakat bawaan? Perdebatan hangat diantara psikolog dalam beberapa dekade terakhir yang sebenarnya bisa dijawab oleh orang awam seperti kita—tulis Gladwell dalam bukunya Outlier—tentu jawabannya: Ya. Namun semakin dekat psikolog menelaah karier mereka yang sukses, semakin kecil tampaknya peranan bakat bawaan dan semakin besar peranan latihan. Gladwell juga menulis bahwa “pemikiran bahwa keberhasilan dalam melakukan sebuah tugas yang kompleks mensyaratkan adanya jumlah minimum latihan mengemuka berulang-kali dalam penelitian mengenai cara memperoleh keahlian dalam sebuah bidang. Sebenarnya para peneliti telah mendapatkan sesuatu yang mereka yakini menjadi angka ajaib agar seseorang menjadi ahli: sepuluh ribu jam.” (Gladwell, 2009:41).

Dalam berbagai penelitian, terhadap komponis, pemain bola basket, penulis novel, pemain ski, pianis, pemain catur, penjahat kelas kakap, dan apapun pekerjaan kita, angka 10 ribu jam ini selalu muncul. Latihan 10 ribu jam ini adalah angka yang muncul dari penelitian terhadap berbagai orang sukses dalam berbagai bidang. Jadi latihan bukanlah hal yang dilakukan setelah kita menjadi hebat, latihan adalah hal yang harus kita lakukan untuk menjadi hebat.

Pola Kerja Otak

Mengapa latihan yang intensif dan lama bisa mengasah kecerdasan seseorang dalam hal yang dilatihnya itu bisa kita rujuk pada pemahaman tentang pola kerja otak manusia.. Sebagaimana dikemukakan Doidge bahwa “jika kita berhenti melatih kecakapan mental kita, kita tidak hanya melupakannya: ruang peta otak untuk kecakapan itu dialihkan ke kecakapan yang kita latih”. Jeffrey Schwartz, profesor Psikiatri UCLA menyebut ini sebagai proses “kemenangan bagi yang tersibuk” (Carr, 2011:33).

Jadi jika seseorang secara keras dan dalam jangka waktu lama melatih kemampuannya bermain musik—misalnya—maka daerah otak yang mengatur kemampuan musiknya semakin sensitif terhadap musik sedangkan yang lain—semisal yang mengatur pemrosesan matematis atau kinestetis—cenderung berkurang. Kerja otak diarahkan pada bagian otak yang selalu digunakan.

Begitu pula yang terjadi jika sebuah bagian otak yang mengatur kemampuan tertentu menjadi pasif karena sebab tertentu—semisal kemampuan melihat terhenti karena buta, atau kemampuan indra sentuh kulit melemah karena kehilangan bagian tubuh tertentu—maka energi otak diarahkan pada bagian lain kemampuan hingga bagian itu menjadi lebih sensitif. Inilah mengapa seringkali seseorang yang buta mendadak pendengarannya lebih tajam atau seseorang yang tuli mendadak perasa sentuhnya lebih tajam dari sebelumnya.

Homofili dan Mimetis

Prinsip selanjutnya adalah dua kecenderungan alami manusia, yakni kecenderungan untuk berkelompok dengan orang lain yang memiliki kesamaan (homofili) dan kecenderungan untuk meniru orang lain yang dianggap lebih baik (mimetis) yang diidolakan.

Homofili adalah kecenderungan alami dalam kehidupan sosial. Jika kita terhubung dalam sebuah kelompok sosial yang sedikit memiliki kesamaan—kesamaan hobi, asal budaya, agama, pemikiran, dan sebagainya—maka kita cenderung mendekonstruksinya, ingin keluar dari kelompok itu. Sebaliknya, jika kita terhubung dalam kelompok sosial yang tiap anggotanya banyak memiliki kesamaan dengan kita maka daya ikat jejaringnya semakin kuat.

Christakis & Flower (2010:19-29) menyebut beberapa aturan dalam jejaring sosial semacam ini, yakni: (1) kita membentuk jejaring kita, (2) jejaring kita membentuk kita, (3) teman mempengaruhi kita, (4) temannya teman mempengaruhi kita, dan (5) jejaring punya kehidupannya sendiri.

Dalam sebuah kelompok yang memiliki tingkat keinginan yang dekat, akan terjadi penguatan dalam banyak hal: motivasi, teknik, penyelesaian masalah, dan kerjasama. Pembentukan kelompok homofili memiliki banyak keuntungan jika diarahkan untuk pencapaian prestasi yang sama yang diinginkan anggotanya.

Kelompok dengan kesamaan minat juga memungkinkan tumbuhnya hasrat peniruan (mimetic desire) oleh seorang anggota junior pada anggota lain yang lebih senior dan hebat.

Integrasi Perspektif dan Usulan Model

Beragam perspektif di atas perlu kita integrasikan menjadi landasan operasionalisasi model, yakni bahwa (1) sekolah tidak boleh mendiskriminasi jenis kecerdasan tertentu, tapi harus memfasilitasi siswa mengembangkan kecerdasan dominan yang dimilikinya—apapun itu, pengembangan kecerdasan itu akan berakibat pada pencapaian prestasi siswa. (2) kecerdasan dan prestasi yang majemuk itu akan berkembang dengan usaha keras dan kontinum (terus-menerus) dalam jangka waktu yang lama, sehingga sekolah harus memfasilitasi kebutuhan pengembangannya dan tidak boleh membatasi, menilai, dan menghargai mereka yang meraih predikat “juara” saja. Pertunjukan dan karya juga harus dinilai sebagai prestasi, dan sekolah harus mentargetkan angka pengalaman selama sekolah—semisal “2 ribu jam”, dan membiarkan siswa melanjutkannya sendiri hingga “10 ribu jam. (3) pengembangan kecerdasan dan prestasi diakselerasi melalui kelompok minat/hobi, pembentukan kelompok hobi didasarkan pada usulan siswa dengan mempertimbangkan kuantitas anggota. Komunitas hobi ini sama dengan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah-sekolah pada umumnya.

Berdasarkan integrasi perspektif di atas, model jejaring komunitas hobi yang dibentuk sebagaimana tampak pada gambar 1, dimana:

Angka “1” Koordinator pengembangan/ bagian kesiswaan
Angka “2” Pendamping komunitas, diambilkan dari guru/staff karyawan
Angka “3” Siswa/ anggota komunitas hobi
Angka “4” Komunitas hobi di luar sekolah
Huruf “A” Komunikasi koordinator dengan Pendamping
Huruf “B” Komunikasi pendamping dengan anggota kelompok, dan komunikasi antar anggota kelompok
Huruf “C” Komunikasi dengan komunitas hobi di sekolah
Huruf “D” Komunikasi dengan komunitas hobi di luar sekolah

Adapun elemen/unsur dalam model pengembangan seperti ini adalah (a) Manusia, dan (b) Sistem. Sistem sendiri terbagi dalam beberapa sub-bagian, yakni: (1) perencanaan, (2) fasilitas, (3) finansial, (4) komunikasi, dan (5) penilaian. Masing-masing pengaturan unsur tersebut adalah sebagaimana diuraikan berikut:

A. Manusia

Yang dimaksud dengan “manusia” di sini adalah mereka yang terlibat, yakni pimpinan sekolah (diwakili oleh koordinator pengembangan), guru, siswa, serta anggota komunitas lain.

Pimpinan sekolah harus menunjukkan komitmennya yang tinggi pada pengembangan semua potensi siswa, tanpa mendiskriminasi jenis kecerdasan tertentu dan mengung-gulkan kecerdasan tertentu di atas yang lain. Pimpinan sekolah perlu memahami landasan filosofis penyelenggaraan pendidikan dan berkomitmen melakukan perbaikan yang berkelanjutan dalam sistem pelayanan dengan memper-timbangkan umpan-balik (feedback) dari anggota komunitas.

Pendamping komunitas adalah guru dan karyawan di sekolah. SEMUA guru dan karyawan terlibat dalam pengembangan potensi siswa. Pengertian pendamping tidaklah sama dengan pembina, namun lebih pada penanggungjawab kegiatan. Dimungkinkan adanya pendamping yang sekaligus pembina. Namun jika pendamping tidak memiliki kompetensi terkait komunitas yang diasuhnya, maka sekolah wajib menyediakan pembina/pelatih dari luar sekolah.

Siswa sebagai anggota komunitas hobi mendaftar secara sukarela. Siswa juga berhak mengusulkan pembentukan komunitas hobi jika komunitas itu belum ada sebelumnya, namun dengan persyaratan minimal jumlah keanggotaan sesuai kesepakatan bersama. Dalam hal terjadi pembentukan komunitas baru, sekolah menugaskan guru/staff untuk menjadi pendampingnya.

B. Sistem

1. Perencanaan

Perencanaan kegiatan komunitas diputuskan bersama oleh anggota komunitas dengan bimbingan dari pendamping dan pelatih. Kegiatan komunitas dirancang satu tahun pelajaran, divalidasi pada pertengahan tahun sebelumnya dan menjadi salah satu dasar pengusunan anggaran sekolah.

Dokumen perencanaan mencakup rencana pelatihan, pertunjukan, serta kompetisi yang akan diikuti. Juga memuat secara rinci prakiraan kebutuhan sarana terkait kegiatan yang akan dilakukan.

2. Fasilitas

Fasilitas disediakan sesuai dengan kebutuhan dalam dokumen perencanaan, dengan mempertimbangkan kemampuan finansial sekolah dan peserta. Anggota komunitas bisa mengusahakan pemenuhan fasilitas dari dana-dana lain di luar subsidi sekolah dengan asas transparansi dan akuntabilitas.

3. Finansial

Prinsip dukungan finansial dalam penyelenggaraan komunitas hobi adalah konsep “subsidi”. Besarnya subsidi kegiatan disesuaikan dengan jumlah anggota komunitas, namun untuk kebutuhan tertentu terkait sarana atau karya jangka panjang yang dipandang perlu, disediakan oleh sekolah.

Orangtua harus mendukung sepenuhnya kegiatan siswa dengan memberikan dukungan finansial tambahan untuk kegiatan pengembangan, terutama kegiatan personal (bukan partisipasi kelompok).

4. Komunikasi

Pendamping komunitas memastikan bahwa hubungan antar anggota berlangsung lancar dan masing-masing anggota mengenal anggota komunitas dengan baik. Pendamping juga menjembatani komunikasi dengan komunitas hobi yang sama di luar sekolah berlangsung baik.

Hubungan yang baik dengan komunitas hobi lain merupakan keuntungan tersendiri bagi pengembangan kompetensi kelompok, disamping meningkatkan peluang pencapaian prestasi. Sekolah harus mendorong agar setiap komunitas bisa mendominasi citra sebagai komunitas hobi yang ternama di luar sekolah.

5. Penilaian

Penilaian tidak boleh ditekankan terlalu serius hingga melebihi kebutuhan akan pengembangan itu sendiri. Penilaian dilakukan untuk memantau pencapaian personal dan tidak dikomparasi dengan pencapaian anggota lain dalam komunitas.

Penilaian tidak terkonsentrasi pada perolehan “predikat juara” saja, tapi juga pada hasil karya, durasi latihan, dan penampilan yang dicapai anggota.

Penilaian kegiatan pengembangan potensi diintegrasi-kan dengan penilaian akademik, dimana pencapaian tertentu dikonversi untuk mengangkat kekurangan pemenuhan persyaratan prestasi akademik (intrakurikuler).

Pentingnya Optimisme

Sebagaimana ditulis Martin E.P. Selligman, Presiden Asosiasi Psikologi Amerika tahun 1996 yang juga dikenal sebagai bapak ilmu pengetahuan baru Psikologi Positif, ketika seseorang gagal dalam melakukan sesuatu, maka ia menjadi putus asa dan tertekan, setidaknya untuk sementara. Orang-orang yang optimis cepat bangkit dari keputusasaannya yang sementara. Setelah gagal, mereka berusaha bangkit dan melupakan kegagalan mereka, kemudian mulai lagi berusaha mencapainya. Bagi orang optimis, kegagalan bersifat sementara dan spesifik, tidak perpasif.

Sebaliknya, orang yang pesimis berkubang dalam kekalahannya. Pandangan mereka tentang kegagalan bersifat permanensi dan pervasif. Depresi dan keputusasaannya terjadi dalam jangka panjang. Mereka menganggap kekalahan dalam pertempuran berarti kekalahan dalam perang. Anak-anak seperti ini biasanya tidak mencoba berusaha lagi dalam hitungan minggu atau bulan, tapi bahkan jika mereka mencoba berusaha, sedikit kegagalan lagi akan membuat mereka semakin depresi dan putus asa (Selligman, 2008:181).

Dalam memperbaiki sikap yang pesimis menjadi optimis, Selligman (2008:282) mengembangkan model yang disebutnya “ABCDE”. Untuk identifikasi ia menyarankan skema model ABC yang dikembangkan psikolog Albert Ellis: ketika kita mengalami kesulitan (Adversity), kita bereaksi dengan memikirkan kesulitan itu. Pemikiran kita dengan cepat membeku menjadi keyakinan (Belief). Keyakinan kita dalam memandang kesulitan ini menimbulkan konsekuensi (Consequenses). Jika cara kita memandang kegagalan atau kesulitan sudah cukup “optimis” maka dengan sendirinya dua tahap ini kita lakukan secara alamiah. Namun jika cara kita memandang kegagalan dan kesulitan tergolong “pesimis” maka dua tahap pemulihan ini harus kita biasakan. Dua tahap lanjutan itu adalah menyanggah (Disputing) keyakinan pesimis kita, kemudian melakukan penguatan (Energization) pada keyakinan negatif kita sehingga memunculkan harapan serta semangat baru.

Dalam proses penyelenggaraan kegiatan pengembangan potensi melalui komunitas hobi ini, tentu akan ditemui berbagai kendala. Kendala itu bisa terkait dengan sekolah, guru, siswa maupun orangtua siswa. Agar kendala yang dialami tidak mengurangi motivasi belajar, agaknya sebagaimana disampaikan Selligman, perlu ditekankan optimisme pada semua pihak.

Pimpinan sekolah harus optimis dalam penyelenggaraannya. Para pendamping harus optimis bisa mendampingi siswa mengeksplorasi kecerdasannya dan memunculkan potensi mereka. Orang tua harus optimis bahwa kegiatan positif anaknya akan membawa dampak positif pula, dan paling penting siswa harus optimis ia akan mendapatkan manfaat dari apa yang dilakukannya.

Optimisme ini perlu dibangun mengingat pengembangan potensi ini tidak selesai saat siswa lulus dari sekolah, tapi untuk mencapai angka 10 ribu jam, mereka harus melanjutkannya meski sudah lulus. Dan dalam proses yang makin menuntut kemandirian ini, optimisme akan keberhasilan masa depan menjadi hal yang vital bagi kesuksesan mereka.

Penulis menyadari bahwa model ini masihlah sangat mentah dan memiliki celah kelemahan baik konseptual maupun operasional di sana-sini. Untuk itu, dirasa perlu adanya pembahasan yang lebih mendetail mengenai wacana ini. Namun sekali lagi, mari belajar optimis.

“With man, a thing possible. With God, everything possible”

THANKS MATERI BAGUUS DARI SITUS
smam1gresik.sch.id

Selengkapnya...

Ikrarkan bersama IPM berjaya.....!!!!
itulah sedikit cuplikan lagu mars IPM yang tak henti-hentinya dinyanyikan oleh team Gerak jalan PC 1PMASKA pada hari selasa tanggal 17 Juli 2012 dijalanan pangean sampai depan Pendopo Kecamatan Sekaran

alhamdulillah kita juga patut bersyukur dengan di adakanya kegiatan tersebut membuat kebersamaan kita semakin kuat dan kita lebih bisa menunjukkan eksistensi IPM di kalangan masyarakat khususnya di kecamatan sekaran Selengkapnya...

Alhamdulillah kegiatan Pelatihan Kader taruna Melati 1 yang di adakan oleh Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sekaran pada tanggal 30 Juni - 1 Juli 2012 di SMPM 19 Sekaran berjalan dengan sukses, ini semua berkat dukungan dari berbagai pihak khususnya para personalia PC IPM Sekaran dan Panitia TM1, kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Camat Sekaran (Drs.Yaslikan,SH.MH), PCM, PCA dan semua yang ikut andil dalam suksesnya acara ini.

Kegiatan ini kami beri tema "'Membangun Militansi Kader Muhammadiyah, Wujudkan Generasi Khairu Ummah" semoga dengan selesainya kegiatan ini nantinya muncul kader-kader baru yang siap melanjutkan kepemimpinan organisasi IPM di kecamatan sekaran kedepan dan tentunya juga sebagai generasi penerus perjuangan persyarikatan Muhammadiyah yang akan datang,amiin. Selengkapnya...


Alhamdulillah Kegiatan STUDY TOUR n' FRIENDLY MATCH ( PC IPMASKA vs PC IPM SUGIO ) berjalan dengan sukses. kegiatan ini dilaksanakan pada hari minggu tanggal 1 April 2012 di SMA Muhammadiyah Sugio, salah satu motivasi kami mengadakan kegiatan ini adalah untuk mempererat tali silaturrahmi antara kader-kader IPM khususnya dari sekaran dan sugio dan juga menjunjung tinggi sportivitas dalam berolahraga.

agenda acara kegiatan ini adalah :
Study banding
1. Study banding tentang program kerja antar PC IPM Sekaran dan PC IPM Sugio
2. Sharing, Silaturrahmi dan Ta'aruf
Olah Raga
1. Futsal (IPMawan)
2. Volly (IPMawati)
dari PC IPM Sekaran peserta yang ikut kurang lebih 50 anak, walaupun kita kesana naik kendaraan seadanya tapi itu tidak menurunkan semangat kami justru kami lebih termotivasi untuk melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik-baiknya, alhamdulillah mudah-mudahan dengan suksesnya kegiatan ini merupakan awal yang baik untuk kegiatan-kegiatan selanjutnya,,amiiin...satu kata untuk kita semua...IPM Sekaran!!!! "BERJAYA!!"

Selengkapnya...

LAGU WAJIB



Islamic Calendar

Anda Pengunjung Ke

Pengunjung Online

Selamat Datang

Selamat datang Ipmawan dan Ipmawati sekalian di Official Blogspot Pimpinan Cabang Ikatan pelajar Muhammadiyah Sekaran,kali ini PC. IPM Sekaran dengan bangga mempersembahkan official blogspot terbaru Pimpinan Cabang Ikatan pelajar Muhammadiyah Kecamatan Sekaran Kabupaten Lamongan. Semoga dapat bermanfaat dan berguna bagi kemajuan organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah kedepan, sehingga dapat tampil secara dinamis dan progresif.

Profil

My photo
Lamongan, Jawa Timur, Indonesia
Sekretariat : Jl. Made Gondo No. 129 Desa Miru Sekaran kode pos 62261 kritik dan saran kirim via e-mail pcipm_sekaran@yahoo.co.id

MITRA BLOG